BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Berbicara
tentang perancangan sistem kerja, tidak lepas dari dua nama,yaitu F.W. Taylor dan F.B. Gilbreth, dua
orang yang mengawali pengembangan ilmu tentang Perancangan Sistem Kerja.
Memang dari penelitian merekalah, walaupun tidak dilakukan bersama-sama, yang dikemudian
hari sampai sekarang digabungkan sebagai suatu kesatuandan dikenal sebagai
perancangan sistem kerja atau methods engineering
Peta-peta kerja
merupakan alat sistematis yang sistematis didalam mengumpulkan semua fakta
berkenaan dengan sistem kerja yang diamati, sehingga dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan fakta-fakta tersebutkepada orang lain. Oleh karena itu, yang melatar
belakangi praktikum ini adalah bagaimana pentingnya pembelajaran ilmu tentang
perancangan sistem kerja dan ergonomi agar semua sistem kerja bekerja dengan
baik.
1.2. Tujuan Praktikum.
Adapun maksud dan
tujuan praktikum yang dilakukan diantara lain:
a.
Melatih kemampuan Mahasiswa dalam memahami konsep
operasi kerja dan mampu mementukan operasikerja.
b. Melatih kemampuan Mahasiswa
dalam membuat peta rakit gambaran grafis dari urutan-urutan aliran komponen dan
rakitan bagian (sub assembly) kerakitan suatu produk.
c. Melatih kemampuan Mahasiswa
dalam membuat peta Proses Operasi (Operation Proses) merupakan diagram
yang menggambarkan langkah-langkah yang akan dialami bahan baku dari
urut-urutan dan pemeriksaan. Sejak dari awal proses sampai menjadi produk utuh
maupun sebagai komponen, dan juga memuat beberapa informasi yang dibutuhkan.
d. Melatih kemampuan Mahasiswa
dalam memahami konsep Presedence diagram dan mampu membuat Presedence
diagram.
e. Melatih kemampuan
Mahasiswa dalam membuat Data Flow Diagram (DFD) suatu diagram diagram
yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem, yang
penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, terstruktur
dan jelas.
1.3. Manfaat Praktikum
Melatih kemampuan Mahasiswa dalam melakukan pengambilan data, menganalisa
dan memahami konsep data dengan benar, serta mampu membuat peta operasi kerja
dan melakukan operasi kerja dengan baik.
1.4. Batasan Masalah.
Kajian yang akan
dibahas dalam praktikum ini adalah merancang stasiun kerja untuk perakitan stop
kontak listrik. Input dari proses perakitan ini adalah komponen-komponen dari
stop kontak listrik. Sedangkan outputnya adalah operasi kerja, stasiun kerja flow
diagram, dan assembly chart.
1.5. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang Latar Belakang
Masalah, Tujuan Praktikum, Manfaat Praktikum, Batasan Masalah dan Sistematika
Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisikan tentang Pengukuran
Waktu, Peta kerja, dan Aspek-aspek Ergonomi dalam Perancangan Stasiun Kerja.
BAB III METODOLGI PENELITIAN
Berisikan tentang, Flowchart, Prosedur
Praktikum, dan Penjelasan flow chart.
BAB IV PENGOLAHAN
DATA
Berisikan tentang Daftar Komponen,
Daftar Operasi Kerja, Assembly Chart , Pengolahan Data, dan Peta Proses
Operasi.
BAB V ANALISIS
Berisikan tentang Analisis
Operasi Kerja, Analisis Assembly Chart,
Analisis Pengolahan Data, dan Analisis Peta Proses Operasi.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bersikan tentang
Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengukuran Waktu Kerja
Untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dan dalam
lingkungan kerja yang baik pada saat itudi perlukan seorang operator yang sudah
terlatih dan “Qualified” sehingga dapat menentukan pengukuaran waktu
kerja.
Jenis-jenis
pengukuran waktu kerja :
a. Langsung
1. Pengukuran jam henti (Stopwatch time study)
2. Sampling kerja (work sampling)
b. Tak langsung
1. Data waktu baku (standar data)
2. Data waktu gerakan (predetermined time system)
Tabel 2.1. kekurangan dan kelebihan dalam pengukuran
langsung dan tak langsung.
1. Pengukuran langsung
|
2. Pengukuran tidak
langsung
|
Kelebihan
:
a. Praktis, mencatat waktu saja tanpa harus
mengurangi pekerjaan ke dalam elemen pekerjaan tersebut.
|
Kelebihan :
a. Waktu yang dibutuhkan relatif singkat, hanya
mencatat elemen gerakan satu kali saja.
b. Biaya yang dibutuhkan relatif murah.
|
Kekurangan :
a. Dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk
memperoleh data waktu yang banyak dengan tujuan untuk mendapatkan pengukuran
yang lebih teliti dan akurat.
b. Biaya yang dibutuhkan sangat mahal karena harus
meninjau langsung ketempat dimana pekerjaan pengukuran berlangsung.
|
Kekurangan :
a. Belum adanya data waktu gerakan yang berupa 3 able,
waktu gerakan yang menyeluruh dan rinci.
b. Dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi untuk
seorang pengamat pekerjaan karena akan mempengaruhi terhadap hasil
perhitungannya.
c. Data waktu gerakan harus di sesuaikan dengan
kondisi pekerjaan di pabrik.
|
Sumber : Diolah oleh penulis (2014)
Pengukuran waktu kerja merupakan
suatu aktivitas untuk menentukan
waktu
yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Tujuan
pengukuran waktu kerja adalah untuk mendapatkan waktu baku.
Waktu pengamatan adalah waktu pengamatan
yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran waktu yang diperlukan
seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu aktivitas pekerjaan.
Ada beberapa teknik yang digunakan untuk mengukur kerja, diantaranya :
a. Sampling pekerjaan atau work sampling.
b. Predetermined Motion Times.
c. Studi waktu dengan jam henti atau Stopwatch Time Study.
Pada penelitian ini teknik yang
digunakan untuk pengambilan waktu
adalah
dengan menggunakan metode jam henti (Stopwatch) dan untuk jumlah
sampelnya menggunakan metode sampling. Metode ini diperkenalkan pertama kali
oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19.
Metode ini baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan
berulang-ulang. Terdapat tiga metode jam henti yang digunakan untuk mengukur elemen
kerja :
a.
Continuous Timing
Pada
metode ini stopwatch dijalankan terus menerus selama pengamatan Stopwatch
baru akan dihentikan pada saat pengamatan selesai dilakukan dan pada akhir
pengamatan waktu yang telah didapat dicatat. Selain itu untuk mendapatkan
masing-masing waktu individu maka perlu dilakukan proses pengurangan.
b.
Repetitive Timing
Untuk
metode ini cara menggunakan stopwatch, stopwatch ini dibaca secara
simultan dan angka pada stopwatch dikembalikan ke angka nol setelah
setiap proses selesai. Metode ini dapat dilakukan pencatatan langsung tanpa
perlu mengurangi waktu.
c.
Accumulative Timing
Pada
metode ini cara menggunakan stopwatch melibatkan dua atau lebih stopwatch,
hal ini dikarenakan metode yang digunakan yaitu ketika stopwatch yang
pertama berhenti kemudian stopwatch yang kedua mulai dijalankan dan
ketika stopwatch yang kedua berhenti maka stopwatch yang ketiga
dijalankan.
Beberapa Kategori Waktu :
a. Waktu pengamatan (Waktu Siklus)
Waktu pengamatan merupakan waktu
yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran waktu yang diperlukan oleh
pekerja untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Berikut ini rumus yang digunakan
untuk menghitung waktu siklus :
=
Dengan:
= mean/rata-rata
n = banyak data
xi = nilai data ke-i
b. Waktu Normal
Waktu yang diperlukan pekerja
untuk menyelesaikan suatu aktivitas di bawah kondisi kerja yang normal. Waktu
normal di sini tidak termasuk waktu longgar yang diperlukan untuk melepas lelah
(fatique) ataupun kebutuhan seorang pekerja (personal needs).
Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung waktu normal :
Waktu Normal (WN) = Waktu Siklus
x Performans Rating (%)
c. Standard Time (Waktu Baku)
Waktu baku merupakan waktu yang
dibutuhkan oleh pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini
sudah mencakup kelonggaran waktu (allowance time), waktu kelonggaran
merupakan kelonggaran yang diberikan untuk menghilangkan rasa fatique dan
hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan yang diberikan dengan
memperhatikan situasi dan kondisi yang harus diselesaikan. Berikut ini rumus
yang digunakan untuk menghitung waktubaku :
Waktu Baku = Waktu Normal + (Allowance
(%) x Waktu Normal)
2.2 Peta Kerja
Peta kerja merupakan salah
satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas. Melalui
peta kerja ini juga kita bisa mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan
untuk memperbaiki suatu metode kerja. Contoh informasi-informasi yang diperlukan
untuk memperbaiki suatu metode kerja, terutama dalam suatu proses produksi,
yaitu: jumlah benda kerja yang harus dibuat, waktu operasi mesin, kapasitas
mesin, bahan-bahan khusus yang harus disediakan, alat-alat khusus yang harus disediakan,
dan sebagainya.
Jadi peta kerja adalah suatu
alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja
produksi). Lewat peta ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang
dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan
baku), kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti transportasi,
operasi mesin, pemerikasaan dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi,
baik produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap. Apabila
kita melakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka pekerjaan
kita dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih
mudah dilakasanakan.
Perbaikan yang mungkin
dilakukan, antara lain: kita bisa menghilangkan operasi-operasi yang tidak
perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan suatu
urutan-urutan kerja atau proses produksi yang lebih baik, menentukan mesin yang
lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antar operasi dan sebagainya.
Pada dasarnya semua perbaikan
tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan, dengan
demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisis suatu pekerjaan
sehingga mempermudah perencanaan perbaikan kerja.
Berdasrkan jenis kegiatannya
peta kerja di bagi menjadi dua kelompok, berikut ini adalah pembagian kelompok
peta kerja berdasarkan jenis kegiatannya yaitu :
a. Peta kerja yang digunakan untuk menganalisis
kegiatan keseluruhan.
b. Peta kerja yang digunakan untuk menganalisis
kegiatan kerja setempat.
Dalam hal ini tentunya kita
harus bisa membedakan antara kegiatan kerja keseluruhan dan kegiatan kerja
setempat. Disebut keseluruhan bila melibatkan sebagian besar atau semua sistem
kerja yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sementara yang
dimaksud dengan kegiatan kerja setempat, apabila hal itu menyangkut hanya satu sistem
kerja saja yang biasanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah
terbatas. Hubungan antara kedua macam kegiatan di atas terlihat bila mana satu sama
lainnya saling berhubungan. Misalnya di suatu perusahaan perakitan yang
mempunyai bermacam-macam mesin dalam berproduksi. Dalam hal kelancaran proses
produksi secara keseluruhan akan sangat tergantung pada kelancaran setiap
sistem kerja. Suatu hal yang bijaksana apabila dalam dalam perakitannya nanti,
si pelaksana pertama-tama berusaha untuk memperbaiki atau menyempurnakan setiap
sistem kerja yang ada sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu urutan kerja
yang paling baik untuk saat itu, barulah kemudian menyempurnakan proses secara
keseluruhan. Dalam garis besar, cara penerapan yang baik kedua jenis peta itu
dapat di jelaskan berikut ini.
a. Pertama, dimulai dengan membuat peta-peta kerja
yang menggambarkan kegiatan secara keseluruhan berdasarkan keadaan sekarang.
b. Setiap kegiatan yang berlangsung yang terjadi dalam
sistem-sistem kerja terpisah dan telah digambarkan pada peta kegiatan
keseluruhan diamati serinci mungkin.
c. Penganalisisan ini dilakukan dengan terlebih dulu
menggambarkan peta-peta kerja setempat bagi sistem kerja yang ada untuk
menunjukan keadaan sekarang, keadaan sekarang inilah yang dipelajari untuk
diusahakan perbaikannya, hasil perbaikannya dinyatakan juga dalam peta-peta
kerja setempat, tetapi yang menggambarkan keadaan yang diusulkan, setiap sistem
kerja yang telah di perbaiki rancangan inilah yang lalu dipetakan dalam peta
kerja keseluruhan.
d. Dengan begitu terpetakanlah dalam peta kerja
keseluruhan semua sistem kerja itu dalam kaitan satu sama lain, barulah
analisis keseluruhan dilakukan dan tentu sudah diperbaiki hasil akhirnya
dinyatakan dalam peta kerja keseluruhan untuk keadaan yang diusulkan.
Masing-masing peta kerja yang akan dibahas dalam buku
ini semuanya termasuk dalam kedua kelompok diatas yaitu:
Yang termasuk kelompok kegiatan kerja keseluruhan:
a. Peta Proses Operasi (OPC).
b. Peta Aliran Proses (FPC).
c. Peta Proses Kelompok Kerja (GPC).
d. Diagram Aliran (FD).
Yang termasuk kelompok kegiatan kerja setempat:
a. Peta Pekerjaan dan Mesin (PPM).
b. Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri (PTKTK).
Pada peta kelompok
kegiatan kerja keseluruhan terdiri dari 4 jenis peta, dan pada peta kelompok
kegiatan kerja setempat terdiri dari 2 jenis peta. Dan di bawah ini adalah
penjelasan tentang 4 jenis peta kelompok kegiatan kerja keseluruhan.
a. Peta Proses Operasi(OPC)
Peta proses operasi adalah peta kerja yang
menggambarkan urutan yang terjadi dalam masalah penyelesaian suatu pekerjaan
dari awal sampai menjadi produk akhir. Sebelum dilakukan penelitian secara
terperinci di setiap sistem kerja, terlebih dahulu perlu diketahui proses
terjadi sekarang secara keseluruhan. Keadaan ini bisa diperoleh dengan
menggunakan peta proses kerja.
Suatu peta proses operasi menggambarkan
langkah-langkah operasi dan pemeriksaan yang dialami bahan (atau bahan-bahan)
dalam urut-urutannya sejak awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai
bagian setengah jadi.
Peta ini juga memuat informasi-informasi yang
diperlukan untuk analisis lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan,
material yang digunakan, dan tempat atau alat mesin yang dipakai. Sesuai dengan
relevansinya, pada akhir keseluruhan proses dinyatakan keberadaan penyimpanan.
1. Kegunaan Peta Proses Operasi
Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat
melalui peta proses operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya:
a. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan
penganggarannya.
b. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku
(dengan memperhitungkan efesiensi di tiap operasi atau pemeriksaan).
c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
d. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja
yang sedang dipakai.
e. Sebagai alat untuk pelatihan kerja.
2. Prinsip-Prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi
Untuk bisa menggambarkan peta proses operasi dengan
baik, beberapapokok berikut ini perlu diperhatikan:
a. Pertama, pada baris paling atas, pada bagian
"kepala" ditulis jelas jenis peta, yaitu peta proses operasi yang
diikuti oleh identifikasi lain seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal
dipetakan, nomor peta dan nomor gambar.
b. Material yang akan diproses dinyatakan tepat diatas
garis horizontal yang sesuai, yang menunjukkan ke dalam urut-urutan tempat
material tersebut kemudian diproses.
c. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal,
dari atas ke bawah sesuai urut-urutan prosesnya.
d. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan
secara berurutan sesuai dengan urutan operasi terkait.
e. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan
diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan
operasi.
Demikian uraian mengenai peta proses operasi, yang berfungsi
untuk melihat keadaan proses secara lengkap atau keseluruhan, untuk keperluan
analisis pada tingkat lebih rinci dapat digunakan peta aliran proses.
b. Peta Aliran Proses(FPC)
Setelah kita mempunyai gambaran tentang keadaan
umum dari proses yang terjadi, seperti yang diperlihatkan dalam peta proses
operasi, langkah berikutnya kita perlu menganalisis setiap komponen pembentukan
suatu produk lengkap dengan lebih terperinci. Informasi-informasi yang
diperlukan untuk analisis setiap komponen tersebut di atas dapat diperoleh
melalui peta aliran proses. Dapat juga dikatakan bahwa peta aliran proses
adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan,
transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau
prosedur berlangsung. Di dalamnya dimuat pula informasi-informasi yang
diperlukan untuk analisis seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan
yang terjadi. Waktu, biasanya dinyatakan dalam jam atau menit sementara jarak
perpindahan biasanya dinyatakan dalam meter.
Macam-macam
Peta Aliran Proses :
1. Peta Aliran Proses Tipe Bahan
Peta
aliran proses tipe bahan menggambarkan kejadian yang dialami bahan (bisa
merupakan salah satu bagian dari produk barang jadi) dalam suatu proses atau
prosedur operasi. Dengan hanya menggambarkan salah satu komponen produk jadi,
peta ini menggambarkan salah satu bagian dari peta yang lebih kompleks.
2. Peta Aliran Proses Tipe Orang
Peta
aliran proses tipe orang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan
aliran kerja seorang operator.
2. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan
aliran kerja sekelompok manusia, sering disebut peta proses kelompok kerja.
3. Peta Aliran Proses Tipe Kertas
Pada
peta aliran proses tipe kertas yang digambarkan adalah aliran dari kertas yang
menjalani sekumpulan urutan proses mengikuti suatu prosedur tertentu secara
bertahap. Serangkaian tahap yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proses
permohonan izin, adalah salah satu contohnya.
Adapun kegunaan peta aliran
proses yaitu :
1. Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan,
aktivitas orang atau aliran kertas dari awal masuk dalam suatu proses atau
prosedur sampai aktivitas terakhir.
2. Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu
penyelesaian atau suatu proses prosedur.
3. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan
yang dialami bahan, orang atau kertas selama proses atau prosedur berlangsung.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan
proses atau metode kerja.
Khusus
untuk peta yang hanya menggambarkan aliran yang dialami oleh suatu komponen
atau satu orang, secara lebih lengkap, maka peta ini merupakan suatu alat yang
akan memudahkan proses analisis untuk mengetahui tempat-tempat di mana terjadi
ketidak efisienan atau terjadi ketidak sempurnaan pekerjaan. Dengan begitu
dapat digunakan untuk menghilangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi.
1. Prinsip-Prinsip Pembuatan Peta Aliran Proses
Ada beberapa hal pokok tentang
pembuatan suatu peta aliran proses yang lengkap, yaitu:
a. Suatu peta aliran proses pun mempunyai judul,
dimana pada baris paling atas dari kertas ditulis "PETA ALIRAN
PROSES" sebagai judulnya. Kemudian diikuti dengan pencatatan beberapa
identifikasi seperti: nomor atau nama komponen yang dipetakan, nomor gambar,
peta orang atau peta bahan, cara sekarang atau cara yang diusulkan, tanggal
pembuatan, dan nama pembuatan peta. Semua informasi ini dicatat disebelah kanan
atas kertas.
b. Disebelah kiri atas kertas, berdampingan dengan
informasi yang dicatat pada butir diatas, dicatat mengenai ringkasan yang memuat
jumlah total dan waktu total dari setiap kegiatan yang terjadi. Begitu juga
total jarak perpindahan yang dialami bahan, orang atau kertas selama proses
atau prosedur berlangsung.
c. Dibagian "badan" diuraikan proses yang
terjadi secara lengkap dengan lambang-lambang dan informasi mengenai jarak
perpindahan, jumlah yang dilayani, waktu yang dibutuhkan dan kecepatan produksi
(jika mungkin). Dimuat pula pada kolom-kolom yang tersedia analisis, catatan,
dan tindakan yang diambil berdasarkan analisis tersebut.
d. Ada suatu cara yang sederhana, tetapi cukup efektif
untuk menganalisis Peta Aliran Proses, yaitu dengan mengajukan lima buah pernyataan
pada setiap kejadian dari suatu peta aliran proses. Cara ini disebut "dock and check technique" yang
merupakan suatu jenis dari analisis 4W-1H yang umum dikenal.
c. Peta Proses Kelompok Kerja
Peta ini bisa
digunakan dalam suatu tempat kerja di mana untuk melaksanakan pekerjan tersebut
memerlukan kerjasama yang baik dari sekelompok pekerja. Jenis pekerjaan atau
tempat kerja yang mungkin memerlukan analisis melalui peta proses kelompok
kerja misalnya pekerjaan-pekerjaan, pergudangan pemeliharaan atau
pekerjaan-pekerjaan pengangkut barang material, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa
peta proses kelompok kerja merupakan kumpulan dari beberapa peta aliran proses
dimana tiap peta aliran proses tersebut menunjukan satu seri keja dari seorang
operator, setiap peta aliran proses tersebut dipetakan dalam arah horizontal,
sehingga pararel satu sama yang lain, yang satu diatas atau dibawah yang
lainnya, arah kegiatan dari sebelah kiri menuju ke sebelah kanan, perubahan
kegiatan digambarkan dengan berubahnya lambang pada tiap peta aliran proses
tersebut.
Kolom vertikal yang memotong lambang-lambang dari
setiap peta aliran proses menunjukan aktivitas-aktivitas dari kelompok tersebut
yang dilaksanakan atau terjadi secara serentak dari semua anggota kelompok tersebut.
1. Kegunaan Peta Proses Kelompok Kerja
Sesuai dengan namanya, peta ini dapat digunakan
sebagai alat untuk menganalisis aktivitas suatu kelompok kerja. Diatas telah
terurai bahwa masalah utama dengan adanya kerja sama antara sekelompok orang
dimana satu aktivitas-aktivitas menunggu (delay). Tujuan utama yang
harus di analisis dari kelompok kerja ini adalah minimumkan waktu menunggu (delay). Dengan berkurangnya waktu menunggu
berarti kita bisa mencapai tujuan lain yang lebih nyata diantaranya :
a. Bisa mengurangi ongkos produksi atau proses.
b. Bisa mempercepat waktu penyelesaian produksi atau
proses.
2. Prinsip-Prinsip Pembuatan Peta Proses Kelompok
Kerja
Ada beberapa hal pokok tentang pembuatan suatu peta
kelompok kerja yang lengkap, yaitu :
a. Langkah pertama, nyatakan judul peta lengkap dengan
identifikasi-identifikasi lainnya dan ringkasannya.
b. Lambang-lambang yang biasanya digunakan untuk membuat
peta aliran proses digunakan juga untuk membuat peta proses kelompok kerja
sesuai kebutuhan.
c. Tiap peta aliran proses yang menunjukan suatu seri
kegiatan kerja merupakan anggota dari suatu peta proses kelompok kerja.
Peta-peta aliran proses tersebut diletakan saling berdampingan secara pararel bergerak
mulai dari kiri kekanan, dimana kolom vertikal menunjukan aktivitas-aktivitas
yang terjadi secara bersamaan dari semua anggota kelompok.
d. Lambang-lambang dari setiap anggota kelompok dapat
diletakan secara berdekatan dan perubahan lambang menunjukan perubahan aktivitas.
d. Diagram aliran
Walaupun peta aliran proses merupakan suatu peta
yang memuat informasi-informasi relatif lengkap sehubungan dengan proses dalam suatu
pabrik atau kantor, tetapi peta tersebut tidak menunjukan gambar arah aliran
selama bekerja. Kadang-kadang kita sangat memerlukan informasi tambahan ini,
terutama apabila kita akan melakukan analisis untuk mengembangkan metode agar
lebih baik. Misalkan, dengan mengetahui tata letak atau keadaan ruangan tepat
terjadi perpindahan suatu barang, maka kita bisa menganalisis apakah tata letak
dalam ruangan tersebut memungkinkan jarak perpindahan seminimum mungkin.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa diagram aliran
merupakan suatu gambaran menurut skala, dari susunan lantai dan gedung yang menunjukan
lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses. Aktivitas
yang berarti pergerakan suatu material atau orang dari suatu tempat ke tempat
berikutnya, dinyatakan oleh garis aliran dalam diagram tersebut. Arah aliran
digambarkan oleh anak panah kecil pada garisan tersebut.
1. Kegunaan Diagram Aliran
Adapun kegunaan diagram aliran yaitu :
a. Lebih memperjelas suatu peta aliran proses, apalagi
jika arah aliran merupakan faktor yang penting.
b. Menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja.
2. Prinsip-Prinsip Pembuatan Diagram Aliran
a. Pertama-tama dibuat judul peta. Di bagian kepala
ditulis "DIAGRAM ALIRAN" yang kemudian di ikuti oleh identifikasi
lain seperti nama pekerjaan yang di petakan, apakah memetakan keadaan sekarang
atau usulan, nomor peta, orang yang memetakan, dan tanggal pemetaan.
b. Untuk membuat suatu diagram aliran, analisis harus
mengidentifikasi setiap aktivitas dengan dan nomor yang sesuai dengan yang
digunakan dalam peta aliran proses.
c. Arah gerakan dinyatakan oleh anak panah kecil yang
di buat secara berurutan sepanjang garis aliran.
d. Apabila dalam ruangan tersebut terjadi lintasan
lebih dari satu orang atau barang, maka tiap lintasan dibedakan dengan warna
atau bentuk panah yang khas untuk setiap hal yang berpindah, atau apabila hanya
menggambarkan lintasan untuk seorang operator atau satu barang pembeda warna
atau bentuk diberikan untuk menunjukan perbedaan antara cara sekarang dengan
cara yang di usulkan.
Diagram
aliran berfungsi melengkapi peta aliran proses. Ini berarti penganalisisan
suatu proses kerja akan lebih sempurna apabila kita mengetahui lokasi tempat
mesin, tempat kerja, daerah kerja, dan arah gerakan dari bahan, perlengkapan
atau orang selama proses tersebut berlangsung. Keadaan pabrik atau bengkel atau
proses lain yang akan ditunjukan dalam diagram aliran akan lebih jelas apabila
digambarkan menurut skala.
Di bawah ini kita uraikan
beberapa bentuk pola aliran yang sering dipakai dalam proses produksi yaitu :
1. Straight (bentuk
garis lurus)
Pola
aliran berdasarkan garis lurus (Straight line) umum dipakai bilamana
proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana, dan umumnya terdiri
dari beberapa komponen atau beberapa macam production
equipment. Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan
jarak terpendek antara dua titik, aktifitas produksi berlangsung sepanjang
garis lurus, dari mesin nomor satu sampai ke mesin yang terakhir, jarak
pemindahan bahan total akan lebih kecil (jarak sependek-pendeknya).
1
|
2
|
4
|
3
|
5
|
6
|
2. U-Shap
Pola
aliran menurut U-Shaped ini akan
dipakai bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksinya. Hal ini akan
lebih mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat
mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik.
Apabila garis aliran bahan relatif panjang, maka pola U-Shaped ini akan tidak efisien dan untuk ini lebih baik digunakan
pola aliran bahan tipe Zig-zag.
1
|
4
|
2
|
5
|
3
|
6
|
3. Circular (bentuk
melingkar)
Pola
aliran berdasarkan bentuk linkaran (circular)
sangat baik dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau
produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Hal ini juga baik dipakai
apabila departemen penerimaan dan pengiriman material atau produk jadi
direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang bersangkutan.
1
|
2
|
4
|
3
|
5
|
6
|
4. Old Angle (Bentuk
tak tentu)
Pola aliran berdasarkan Odd angle ini tidaklah begitu dikenal
dibandingkan dengan pola-pola aliran yang lain. Pada dasarnya pola ini sangat
umum dan baik digunakan kondisi-kondisi seperti bilamana keterbatasan ruangan
menyebabkan pola aliran yang lain terpaksa tidak dapat diterapkan dan juga
bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas-fasilitas
produksi yang ada. Odd angle ini akan
memberikan lintasan yang pendek terutama akan terasa kemanfaatannya untuk area
yang kecil.
1
|
2
|
4
|
3
|
5
|
6
|
Lambang-lambang yang digunakan menurut catatan
sejarah, peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan oleh Gilbreth. Pada saat ini, untuk membuat
suatu peta kerja, Gilbreth
mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai. Pada tahun berikutnya jumlah
lambang tersebut disederhanakan sehinggahanya tinggal 4 macam saja. Namun pada
tahun 1947 American Society of
Mechanical Engineers (ASME) membuat standar lambang-lambang yang terdiri
atas 5 macam lambang yang merupakan modifikasi dari yang telah dikembangkan
sebelumnya oleh Gilbreth.
Tabel 2.2 Simbol-simbol ASME.
NO
|
Lambang
|
Keterangan
|
|
1
|
Operasi
|
Kegiatan operasi terjadi apabila
benda kerja mengalami perubahan sifat, baik sifat fisik maupun sifat kimiawi.
Kegiatan operasi merupakan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses
produksi
Contoh : Pengukuran dan
pemotongan papan
|
|
2
|
Inspeksi
|
Kegiatan pemeriksaan
terjadi apabila benda kerja atau peralatan kerja mengalami pemeriksaan baik
segi kualitas maupun kuantitas.
|
|
3
|
|
Kegiatan transportasi
terjadi apabila benda kerja, pekerja maupun perlengkapan mengalami
perpindahan tempat yang bukan merupakan dari suatu operasi.
Contoh : Pemindahan bahan
baku dari gudang ke tempat operasi
|
|
4
|
Delay
|
Menunggu adalah apabila
benda kerja, pekerja maupun perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa
atau masih menunggu proses selanjutnya.
|
|
5
|
Storage
|
Penyimpanan adalah apabila
beda kerja disimpan untuk waktu yang cukup lama.
Contoh: Bahan
baku yang telah menjadi barang jadi disimpan di gudang karena sudah tidak
lagi di proses
|
Sumber : Diolah oleh penulis (2014)
2.3
Aspek-aspek Ergonomi dalam Perancangan Stasiun
Kerja
Ergonomi
adalah suatu cabang ilmu bersifat multi-disipliner
yang lahirnya setelah perang dunia II. Mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari
ilmu kedokteran, biologi, ilmu psikologi dan sosiologi. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan dan sebagai aturan dalam bekerja. Ergonomi merupakan
disiplin ilmu yang bersangkutan dengan pemahaman manusia dan interaksi di
antara unsur-unsur lain dari sistem, dan profesi yang berlaku teori, prinsip,
data dan metode untuk desain agar dapat mengoptimalkan kesejahteraan manusia
dan sistem secara keseluruhan kinerja.
Ergonomi menarik di banyak
disiplin ilmu dalam studi tentang manusia dan lingkungan mereka. Ergonomi
berasal dari bahasa Yunani kata ergon
dan nomos. Ergon berarti kerja, nomos
berarti aturan atau hukum. Implikasi dalam kehidupan ialah bahwa di dalam
melaksanakan pekerjaan itu hendaknya manusia selalu menyadari bahwa ada aturan
kerja yang harus dipatuhi. Ergonomi dapat diartikan sebagai disiplin ilmu yang
mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya, mempelajari sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja guna mencapai
tujuan yang diinginkan secara efektif, efisien dan aman serta nyaman.
Ergonomi berkaitan dengan
kesesuaian antara orang-orang dan pekerjaan mereka. Hal ini memperhitungkan
kemampuan pekerja dan keterbatasan dalam mencari untuk memastikan bahwa tugas,
peralatan, informasi dan lingkungan hidup sesuai dengan setiap pekerja. Untuk
menilai seseorang cocok dalam pekerjaanya, ergonomistis
mempertimbangkan pekerjaan yang dilakukan dan tuntutan pekerja : peralatan yang
digunakan (ukuran, bentuk, dan bagaimana yang tepat adalah untuk tugas), dan
informasi yang digunakan (bagaimana disajikan, diakses, dan diubah) .
Prinsip dasar dalam ergonomi
adalah menyesuaikan manusia dengan pekerjaanya, manusia bukan hanya harus
mendapatkan pekerjaan. Akan tetapi, pekerjaan yang diperoleh dapat memelihara
harkat dan harga dirinya sebagai manusia sehingga bersifat manusiawi yang
didalamnya terkandung pengertian adanya jaminan keselamatan, keamanan dan
kenyamanan. Manusia adalah mahluk pekerja. Dengan bekerja mereka akan
menghasilkan suatu hasil kerja yang nantinya akan dipakai untuk membiayai
segala kebutuhan hidupnya, yaitu memperoleh bahan makanan, sandang dan perumahan.
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya itu manusia bisa saja memakai peralatan kerja
dan berada dalam lingkungan kerja tertentu.
Peralatan kerja harus sesuai
dengan manusia pemakai, lingkungan kerjanya harus mendukung fungsi tubuh yang
sedang bekerja. Hal itulah yang dituju dalam pelaksanaan ergonomi di tempat
kerja. Dengan ergonomi akan dijamin manusia bekerja sesuai dengan kemampuan,
kebolehan dan keterbatasannya. Hasil akhirnya ialah manusia mampu berproduksi
optimal, selama umur produktifnya tanpa harus mengorbankan keselamatan dan
kesehatannya. Ergonomi dimanfaatkan sebagai suatu cabang ilmu akan sangat
bermanfaat bagi manusia bekerja, dimana saja dan kapan saja.
Ergonomi dipergunakan oleh
setiap manusia bekerja. Ergonomi sebagai suatu pendekatan yang memungkinkan
manusia bekerja secara optimal dan efisien. Apakah ia bekerja di pagi sampai
siang, sore dan malam hari. Bekerja di permukaan bumi, bawah laut, di bawah
tanah atau di udara sekalipun. Jenis tugasnya dapat dilaksanakan secara
invidual, atau berkelompok, pekerjaan ringan, sedang, dan berat; di situlah
ergonomi akan berperan.
a. Tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1 Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan
meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat
kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.
2 Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan
meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik
dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja.
3 Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara
aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin
untuk tujuan meningkakan efisiensi sistem manusia-mesin.
b. Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
1 Menurunnya angka sakit akibat kerja.
2 Menurunnya kecelakaan kerja.
3 Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4 Stress akibat kerja berkurang.
5 Produktivitas membaik.
6 Alur kerja bertambah baik.
7 Rasa aman karena bebas dari gangguan cidera.
8 Kepuasan kerja meningkat.
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja
dimulai dari yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu.
Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan
produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang
cocok, aman, nyaman dan sehat.
c.
Beberapa aspek yang mempengaruhi ergonomi dalam kelangsungan
hidup manusia adalah sebagai berikut :
1
Lingkungan
Aspek lingkungan kerja sangat menentukan prestasi
kerja manusia. Lingkungan yang tidak kondusif untuk bekerja akan memberikan
beban tambahan bagi tubuh, pada hal tubuh sedang melaksanakan beban utama yaitu
tugas yang sedang dilaksanakan. Demikian juga lingkungan dingin, kelembaban
relatif, penipisan kadar oksigen, adanya zat pencemar dalam udara semuanya akan
mempengaruhi penampilan kerja manusia. Penerangan tempat kerja, adanya
kebisingan, lingkungan kimia, biologi dan lingkungan sosial di tempat kerja
berpengaruh terhadap prestasi dan produktivitas kerja.
2 Kondisi Kerja
Lingkungan kerja fisik mencakup segala hal dari fasilitas
parkir di luar gedung perusahaan, lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah
cahaya dan suara yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja.
3 Waktu Kerja
Lama jam kerja per hari atau per minggu penting
untuk dikaji untuk mencegah adanya kelelahan berlebihan. Kerja dikatakan
efisien apabila waktu penyelesaian berlangsung singkat. Untuk menghitung waktu
(standar time) penyelesaian pekerjaan
maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik pengukuruan kerja. Pengukuran
kerja adalah suatu metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia
dikontribusikan dengan unit output
yang dihasilkan. Waktu baku diperlukan terutama untuk perencanaan kebutuhan
tertentu tenaga kerja (man power planning),
estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan, penjadwalan produksi dan
penganggaran, perencanaan sistem, pemberian bonus (insentif) bagi karyawan yang berprestasi, indikasi keluaran yang
mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
4 Sosial
Termasuk di dalamnya bagaimana pekerja diorganisir
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, interaksi sosial sesama pekerja, khususnya
menghadapi teknologi baru. Di samping itu pekerjaan yang dilaksanakan bila
tidak sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya akan menimbulkan stress psikologis dan problema
kesehatan. Karenanya kondisi sosial ini banyak seharusnya dimanfaatkan oleh
pimpinan tempat kerja untuk membina dan membangkitkan motivasi kerja, seperti
sistem penghargaan bagi yang berhasil dan hukuman bagi yang salah dan lalai
bekerja.
5 Sikap Kerja
Sikap kerja yang bertentangan dengan sikap alami
tubuh akan menimbulkan kelelahan dan cidera otot-otot. Dalam sikap yang tidak
alamiah tersebut akan banyak terjadi gerakan otot yang tidak seharusnya terjadi
sehingga gerakan itu akan boros energi. Hal itu akan menimbulkan strain dan cidera otot-otot.
6 Interaksi manusia-mesin atau peralatan kerja
Tujuannya untuk menentukan keserasian antara
manusia dengan mesin atau peralatan kerjanya. Bagaimana manusia dapat
mengontrol mesin-mesin melalui display dan
control. Ketidak serasian antara kedua faktor tersebut akan menimbulkan dampak
buruk terhadap kesehatan tubuh.
Fokus perhatian ergonomi
erat kaitannya dengan aspek-aspek manusia dalam perencanaan dan lingkungan
kerja. Penekanan ergonomi pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia baik
secara fisik maupun mental, psikologis serta dalam sistem manusia mesin yang
integral, yang pada akhirnya rancangan ergonomis akan meningkatkan efisien,
produktivitas kerja.
Maksud dan tujuan ergonomi
diarahkan pada upaya memperbaiki performance
kerja manusia dan mampu memperbaiki pendayagunaan SDM serta meminimalisir
kerusakan alat atau peralatan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (Human
Error). Sedangkan pendekatan khusus ergonomi merupakan aplikasi sistematis
dari segala informasi yang relevan
berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perencanaan
peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.
No comments:
Post a Comment